Setelah membahas peranan sipil menghadang pengaruh Aidit cs di https://intranet2012.wordpress.com/2012/10/29/3-menguak-aidit/ maka sekarang akan dibahas peranan pihak intel-militer cq jendral Suharto menghadang polit biro
Kalau melihat karir jendral Suharto maka tampaklah bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan dan tentu saja sudah lumrah bahwa selalu ada yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan sepak terbangnya
Ucapannya (“Criminal matters became a secondary problem,” , “what was most important were matters of a political kind”) menjadi dasar untuk menhalalkan korupsi, penyelundupan, kronisme demi politik praktis
Sebagai orang dibawah naungan Gemini maka
Positip : ketika mereka yang anti Bung Karno hendak me Mahmilubkannya maka ucapannya sebagai “Mikul duwur Pendem Jero” membuat yang lain mundur teratur
Negatip : bung Karno tidak boleh terima tamu/keluarganya
Positip : Tetap menghormati seniornya AH.Nasution dengan juga memberi gelar “jendral besar”
Negatip : Menggeser AH.Nasution dari jabatan ketua MPRS
Positip : Memberi bintang jasa pada paman saya Said Reksohadiprodjo untuk bidang pendidikan
Negatip : Sebelumnya menggeser paman saya demi kepentingan sesama militer
Perihal SEATO
Baik jendral AH.Nasution, A.Yani dan Suharto karirnya lagi berkibar tidak lama setelah SEATO dibentuk pada tanggal 8 September 1954 di Manila sesuai dengan doktrin the American Truman Doctrine of creating anti-communist bilateral and collective defense treaties
Anggautanya merupakan kombinasi negara barat yang anti komunis, Inggris, Perancis, Amerika , New Zealand, Pakistan, Pilipina, Thailand
Pakistan keluar di tahun 1972 setelah kemerdekaan Bangladesh, Perancis membatalakan bantuan keuangan di tahun 1975,on 20 February 1976
SEATO bubar pada tanggal 30 June 1977.
Walaupun SEATO bubar maka sekarang kegiatannya diganti oleh CIA dengan bantuan ekonomi/pelatihan ke agen agen di negara negara Asia Tenggara
Sejarah CIA – Seskoad
Sejak 1953, AS berkepentingan untuk membantu mencetuskan krisis di Indonesia, yang diakui sebagai “penyebab langsung” yang merangsang BK mengakhiri sistem parlementer Indonesia dan menyatakan berlakunya keadaan darurat militer, serta memasukkan “korp perwira” secara resmi dalam kehidupan politik (14 Maret 1957) Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan CIA untuk mewujudkan ambisinya tersebut yakni dengan menggandeng faksi militer kanan –seperti Soeharto, Walandouw, Suwarto, Sarwo Edhie, Kemal Idris, Ibnu Sutowo, Basuki Rahmat, Djuhartono
Kontrol terhadap AD ini dianggap penting, karena AS menganggap hanya AD yang mampu mengimbangi kekuatan PKI. Lalu didirikanlah SESKOAD tahun 1958 di Bandung yang mendapatkan dukungan penuh dari Pentagon, RAND dan Ford Foundation
Khusus bagi jenderal Suharto dunia inteligen bukan hal yang baru baginya karena di tahun 1959 gara gara skandal penyelundupan dimutasikan ke Seskoad di Bandung dan pula sejak berpangkat brigadier-general di tahun 1960, telah diangkat menjadi kepala inteligen Angkatan Darat … jangan jangan sebelumnya sudah ada ikatan kerjasama dengan CIA ..
Ketika Kolonel Suharto menjabat sebagai Panglima Diponegoro, ia dikenal sebagai sponsor penyelundupan dan berbagai tindak pelanggaran ekonomi lain dengan dalih untuk kesejahteraan anak buahnya. Suharto membentuk geng dengan sejumlah pengusaha seperti Lim Siu Liong, Bob Hasan, dan Tek Kiong, konon masih saudara tirinya. Dalam hubungan ini Kolonel Suharto dibantu oleh Letkol Munadi, Mayor Yoga Sugomo, dan Mayor Sujono Humardani. Komplotan bisnis ini telah bertindak jauh antara lain dengan menjual 200 truk AD selundupan kepada Tek Kiong.
Persoalannya dilaporkan kepada Letkol Pranoto Reksosamudro yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Staf Diponegoro, bawahan Suharto. Maka MBAD membentuk suatu tim pemeriksa yang diketuai Mayjen Suprapto dengan anggota S Parman, MT Haryono, dan Sutoyo. Langkah ini diikuti oleh surat perintah Jenderal Nasution kepada Jaksa Agung Sutarjo dalam rangka pemberantasan korupsi untuk menjemput Kolonel Suharto agar dibawa ke Jakarta pada 1959. Ia akhirnya dicopot sebagai Panglima Diponegoto dan digantikan oleh Pranoto. Kasus Suharto tersebut akhirnya dibekukan karena kebesaran hati Presiden Sukarno (D&R, 3 Oktober 1998:18).
Nasution mengusulkan agar Suharto diseret ke pengadilan militer, tetapi tidak disetujui oleh Mayjen Gatot Subroto … Kemudian ia dikirim ke Seskoad di Bandung
Selanjutnya ketika Suharto hendak ditunjuk sebagai Ketua Senat Seskoad, hal itu ditentang keras oleh Brigjen Panjaitan dengan alasan moralitas
Di Bandung Kolonel Suharto bertemu dengan Kolonel Suwarto, Wadan Seskoad, hal ini sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidup Suharto selanjutnya. Sekolah Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung yang telah berdiri sejak 1951 ini merupakan sebuah think tank AD, pendidikan militer Indonesia tertua, terbesar dan paling berpengaruh. Seskoad telah menjadi tempat penggodogan perkembangan doktrin militer di Indonesia. Sampai 1989 telah meluluskan 3500 perwira. Para alumninya menjadi tokoh terkemuka dalam pemerintahan. Hampir 100 orang menjadi sekretaris jenderal, gubernur, pimpinan lembaga-lembaga nasional atau badan-badan non departemental. Presiden, Wakil Presiden, dan lebih 30 menteri merupakan alumni Seskoad.
Suwarto sendiri pernah menempuh pendidikan Infantry Advance Course di Fort Benning pada 1954 dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, AS pada 1958. Ia bersahabat dengan Prof Guy Pauker, konsultan RAND (Research and Development Corporation) yang dikunjunginya pada 1963 dan 1966. Suwartolah yang menjadikan Seskoad sebagai think tank politik MBAD, mengarahkan para perwira AD menjadi pemimpin politik potensial (Sundhaussen 1988:245).Guy Pauker adalah pengamat masalah Asia, orang penting dalam Rand Corporation, kelompok pemikir (think tank) CIA*. Sejak itu Seskoad biasa disebut sebagai negara dalam negara, membuat garis politiknya sendiri, bahkan mempunyai perjanjian kerjasama dan bantuan dari AS terlepas dari politik pemerintah RI.
Suharto, murid baru yang masuk pada Oktober 1959 ini telah mendapatkan perhatian besar dari sang guru. Pada awal 1960-an Suharto dilibatkan dalam penyusunan Doktrin Perang Wilayah serta dalam kebijaksanaan AD dalam segala segi kegiatan pemerintah dan tugas kepemerintahan. Peran Suharto dalam civic mission menempatkan dirinya dan sejumlah opsir yang condong pada PSI dalam pusat pendidikan dan pelatihan yang disokong oleh CIA lewat pemerintah AS, suatu program bersifat politik (Scott 1999:81). Pada masa Bandung Kolonel Suharto inilah agaknya hubungan Suwarto-Syam-Suharto-CIA mendapatkan dimensi baru
Seskoad memancarkan pamornya sebagian besar karena jasa Suwarto, sangat besar perannya dalam perkembangan politik. Karena jasanya pula maka Seskoad menjadi pusat pemikiran politik serta menghadapi perkembangan PKI
Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa Suharto benar-benar tidak “sebodoh” yang diperkirakan Jenderal Nasution, juga tidak sekedar koppig seperti yang disebut oleh Bung Karno.
Kebetulan atau Balas Dendam
Nama-nama pahlawan revolusi berhubungan langsung dengan peradilan perihal pemecatannya sebagai Panglima Diponegoro karena bertindak sebagai sponsor penyelundupan (team peradilan MBAD – blokir karir)
Ahmad Yani, Jend. Anumerta
Donald Ifak Panjaitan, Mayjen. Anumerta
M.T. Haryono, Letjen. Anumerta
Siswono Parman, Letjen. Anumerta
Suprapto, Letjen. Anumerta
Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen. Anumerta
Bahan pemikiran
Di Halim bung Sukarno menepuk Supardjo dan berucap “jangan ada pembunuhan lagi”
Pembantu Letnan Dua Djahurub – Prajurit Resimen Tjakrabirwa – Beragabung dengan pasukan LETTU Doel Arif dan menyerang dan membunuh Jendral A.H. Nasution (lolos)
Sersan Satu Marinir Hadiwinarto P. Soeradi (NRP. 37265) – Prajurit Resimen Tjakrabirwa
Sebagai seorang “didikan Syam (PKI)” dengan sendirinya Untung menggangap jendral Nasution cs sebagai jendral berhaluan kanan yang perlu diamankan di area AURI yang dianggap setia pada Soekarno atas arahan Aidit dan Syam
Perihal Pak Harto tidak memberi reaksi atas info dari Kol Latif apakah karena mengetahui bahwa Dewan Jendral itu hanya issue saja dan baru kemudian bereaksi ketika Untung mengumumkan G30S liwat RRI?
Bagaimanakah scenario sebenarnya dari G30S itu ..?
Besar kemungkinan seperti berikut ini:
Bung Karno – Untung
Kesalahan fatal menilai sebuah Kesempatan
Syam melihat kesempatan untuk membunuh para jendral dan melimpahkan kesalahan pada masalah intern militer..dewan jendral
Untung melihat kesempatan untuk menjadi pimpinan G30S .. berjasa pada bung Karno dan PKI..
Anggota-Anggota Resimen Tjakrabirawa
Komandan Resimen Cakrabirawa , Brigjen Sabur
Brigadir Jendral TNI. Sabur – Komandan Resimen Tjakrabirawa
Kolonel Maulwi Saelan – Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa
Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri – Komandan Batalyon I Tjakrabirawa – Pembrontak/Pemimpin PKI
Letnan Kolonel Ali Ebram – Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa
Letnan Satu Doel Arif – Komandan Resimen Tjakrabirawa – Pemberontak/Pemimpin Pasukan PKI yang membunuh Jendral-Jendral TNI-AD (Pasukan Pasopati PKI)
Bung Karno – Soepardjo
Keberadaan Brig,Jen Soepardjo (loyal kepada bung Karno) di Jakarta menjadi teka teki karena seharusnya berada di Kalimantan ..menurut saya keberadaannya hanya dimungkinkan karena mendapat perintah langsung dari Bung Karno walaupun merupakan bawahan Soeharto … kenapa dipanggil ke Jakarta… apakah dalam rangka mengamankan ke-6 jendral yang dianggap mbalelo…?
Bung Karno – Soeharto
Sebagai seorang yang loyal kepada bung Karno maka besar kemungkinan Soeharto mengirimkan pasukan Diponegoro dan Brawijaya ke Jakarta untuk ber jaga jaga apabila pasukan Siliwangi (Nasution dan Yani) melancarkan kudeta sesuai isue dewan jendral atau pihak PKI membuat keonaran
Pada waktu itu Brig.jen Soeharto berada diluar lingkaran para jendral … Jen.Nasution pernah mau memecatnya di masa lalu ..Jen.Yani meliwatinya dalam karir..
Kesalahan fatal menilai sebuah Kesempatan
Surat Perintah 11 Maret …merupakan alat untuk menggeser AIDIT sebagai ketua umum PKI liwat Soeharto dan sebagai ketua umum defakto PKI dapat menggendalikan PKI sehingga merasa tidak ada gunanya membubarkan PKI serta juga sebagai pengimbang Junta Militer
Bung Karno – CIA
Tentu pihak CIA risih kalau Bung Karno menjadi tokoh Komunis diluar Rusia dan Cina …melihat kesempatan untuk menggesernya dengan keberadaan SP 11 Maret tersebut
Baca pula https://intranet2012.wordpress.com/2012/10/29/3-menguak-aidit/
Sepintas lalu kelihatan bahwa hubungan antara Seskoad dan Polit Biro serasi sekali
Tetapi sesungguhnya ke-2 pihak intel sedang melakukan infiltrasi ke pihak lawan masing masing dan ber-pura pura kompak demi konsep Nasakom
Perihal G30S
Puncak dari pertarungan politik di Indonesia, khususnya pada 1959-1965, adalah Peristiwa 30 September 1965, ketika mereka yang bertarung terjebak kepada pilihan ‘mendahului atau didahului’. Mereka yang mendahului ternyata terperosok, sebagaimana yang didahului pun roboh, dan Soekarno terlindas di tengah persilangan karena gagal meneruskan permainan keseimbangan kekuasaan.
Soekarno, misalnya, dari dirinyalah muncul cetusan untuk menindak para jenderal yang tidak loyal, yang dilaporkan pada dirinya dalam pola intrik istana. Cetusannya itu, terutama kepada Letnan Kolonel Untung, menjadi awal kematian enam jenderal dan seorang perwira menengah, meskipun ia mungkin tidak ‘mengharapkan’ pembunuhan terjadi. Dipa Nusantara Aidit, adalah orang yang mengantar terjadinya peristiwa menjadi kekerasan berdarah ketika ia memanfaatkan Untung yang mendapat perintah penindakan dari Soekarno, dan mendorongkan peristiwa itu terjadi sebagai masalah internal Angkatan Darat, sambil menjalankan rencana jangka panjangnya sendiri. Dan pengelolaan atas masalah internal Angkatan Darat ini, mendapat bentuk yang nyaris ‘sempurna’ sebagai makar dalam penanganan Sjam tokoh Biro Khusus PKI, dengan mengoptimalkan peranan Letnan Kolonel Untung.
Lalu Jenderal Soeharto muncul dari balik tabir blessing in disguise, mengambil peran penting dengan segala teka-teki yang untuk sebagian belum terpecahkan hingga kini. Dan akhirnya, berkuasa
Kenyataan lain yang tidak bisa diabaikan, adalah fakta bahwa Soeharto lah yang telah membantu dengan radiogramnya mendatangkan dua batalion dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang terlibat dalam Gerakan 30 September. Soeharto membiarkan dan menunggu sampai ‘bisul’ pecah. Lalu bertindak. Ini secara kuat mengesankan betapa Soeharto telah bekerja dengan suatu peran yang abu-abu.
Di pihak militer, adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani dan rekan-rekannya para jenderal yang memperoleh ‘peran’ sebagai korban, sesuatu yang sebenarnya bisa ‘dihindarkan’ dengan ketajaman analisa terhadap laporan-laporan intelijen dan gambaran situasi yang ada. Mayor Jenderal Soeharto adalah ‘pihak ketiga’ dalam pergulatan kekuasaan dan untuk sebagian muncul sebagai ‘kuda hitam’ yang tak terduga
Ternyata, ia adalah ‘orang lain’ bagi Letnan Jenderal Ahmad Yani dan kawan-kawan, serta bagi Jenderal Abdul Harris Nasution. Pada sisi dan episode lain, Soeharto secara kontroversial memerintahkan Kolonel Yasir Hadibroto untuk langsung ‘mengeksekusi’ mati DN Aidit setelah ia ini tertangkap di Jawa Tengah.
Dalam menghadapi makar terhadap pemerintah, menurut standar normal, tertangkapnya tokoh yang dianggap perencana atau pemimpin makar, justru merupakan pintu masuk untuk mengungkap segala latar belakang peristiwa. Untuk mengetahui jaringan makar, sehingga memudahkan untuk menangkap mereka yang terlibat, untuk selanjutnya diselesaikan melalui jalur hukum. Bila Soeharto meyakini PKI sebagai partai yang berdiri di belakang makar, seperti yang sering dikatakannya sendiri di kemudian hari, semestinya ia ‘menjaga’ Aidit untuk kepentingan interogasi lanjut, bukannya ‘memerintahkan’ Aidit dieliminasi. Pembunuhan langsung terhadap Aidit, tidak bisa tidak berarti Soeharto ingin menutupi suatu rahasia yang bisa terungkap bila Aidit dibiarkan hidup, apapun rahasia itu.
Menurut kabar tokoh tokoh G30S merupakan kenalan lamanya …?
Ia berasal dari Divisi Siliwangi, pasukan Suparjo lah yang telah berhasil menangkap gembong DI Kartosuwiryo dan mengakhiri pemberontakan DI di Jawa Barat. Kemudian ia ditugaskan ke Kostrad, lalu menjabat sebagai Panglima Kopur II Kostrad di bawah Jenderal Suharto. Tokoh ini juga cukup dekat dengan Suharto. Hampir dapat dipastikan bahwa tokoh ini pun, seperti kedua tokoh sebelumnya yakni Letkol Untung dan Kolonel Latief, seseorang yang memiliki kesetiaan tinggi kepada Presiden Sukarno.
Suparjo merupakan anggota kelompok yang biasa disebut kelompok Kolonel Suwarto (Seskoad Bandung), yang di dalamnya terdapat Alamsyah, Amir Makhmud, Basuki Rakhmad, Andi Yusuf, Yan Walandow. Yang terakhir ini seorang kolonel yang ikut pemberontakan Permesta, kemudian menjadi pengusaha. Ia mempunyai hubungan lama dengan CIA dan menjadi petugas Suharto dalam mencari dana dari luar negeri. Ia pun anggota trio Suharto-Syam-Latief cs
Kol.A.Latief
Latief sendiri menyatakan karier kemiliterannya nyaris selalu mengikuti jejak Suharto. Pada gilirannya membuat hubungan Latief dan Suharto bukan lagi sekedar bawahan dan atasan, melainkan sudah sebagai dua sahabat. Suharto tahu Latief tak akan melakukan sesuatu yang dapat merugikan dirinya. Sudah sejak setelah agresi kedua, Latief merasa selalu mendapatkan kepercayaan dari Suharto sebagai komandannya yakni memimpin pasukan pada saat yang sulit. Ketika Trikora pun ia masih dicari bekas komandannya itu, tetapi Latief sedang mengikuti Seskoad. Pada bulan Juni 1965 Mayjen Suharto meminta agar Latief dapat memimpin suatu pasukan di Kalimantan Timur, akan tetapi Umar Wirahadikusuma menolak melepasnya karena tenaganya diperlukan untuk tugas keamanan di Kodam V Jaya.
Kenyataan bahwa Latief tidak dihukum mati, menimbulkan suatu spekulasi bahwa ia memiliki keterangan yang lebih sempurna yang disimpan di luar Indonesia dengan pesan supaya segera diumumkan jika ia dibunuh
Kamaruzaman Syam
Pada tahun 1964, ditunjuk sebagai kepala Polit-biro PKI yang terdiri dari 5 orang yaitu:
Sjam, Pono (Supono Marsudidjojo), Bono, Wandi dan Hamim.
Ke-3 orang pertama mempunyai tugas berhubungan dengan pihak militer untuk mendapatkan informasi
Semua anggauta diwajibkan untuk menyembunyikan keanggautaan partai di PKI
Setiap bulan mereka bertemu dan meneruskan kepada Aidit untuk mendapatkan perintah selanjutnya .. Hanya Aidit dan beberapa anggauta senior mengetahui keberadaan Polit Biro ini … bagi orang luar maka Sjam-Pono-Bono dikira mata mata militer .. ke-3nya mempunyai kartu identitas untuk masuk ke “Army bases” dan setiap orang mempunyai kontak … tujuan utamanya bukan untuk merekut akan tetapi mendapatkan info dan sebagai gantinya mereka memberikan info perihal teroris muslim …bukankah mereka anti komunis?
Rupanya baik
bung Karno dan Suharto
sudah jauh hari memikirkan cara
bagaimana menjinakan PKI
Kenapa Bung Karno makin dekat ke PKI
Usaha menggambil alih kedudukan Ketua Umum PKI liwat Nasakom dan Pancasila
Sebagai seorang sipil Demokrat (semua partai punya hak yang sama) maka jalan yang ditempuh bung Karno adalah melalui konsep Nasakom dan Pancasila untuk menghadang PKI kalu perlu melakukan kudeta ketua umum PKI
Kenapa badan inteligen Militer mendekati Polit Biro
Sebagai seorang militer maka Suharto melalui "badan inteligen" melakukan langkah langkah serangan terselubung yang mematikan
Tiada Pilihan selain memainkan lakon Anta Seno gugur
Antaredja : Lapor, siap untuk maju ke padang Kurusetra
Kresna : weleh weleh ngger tidak ada musuh yang dapat menandingi Dewa Kematian, karena dengan cicin Mustikabumi kamu akan hidup lagi begitu menyentuh bumi dengan kata lain kau tidak bisa mati dan hal itu akan mengacaukan rencana para Dewata perihal Perang Bharatajuda…bagaimana agar Pandawa menang kau gunakan aji Upasanta untuk menjilat telapak kakimu
Antareja : Lho iya AKU mati dong…..?
Kresna : Apa kamu tidak mau berkorban untuk Pendawa…?
Antareja : Oke, kau kan dewa Kehidupan, jadi nggak masalah kalau aku mati…nanti kau hidupkan aku lagi…he..he..
At his Mayesty request
It is time to go
Baca pula pembahasan
Jendral A.H.Nasution
Karir
Atas campur tangan DPR dalam urusan intern Militer maka pada tanggal 17 October 1952, Nasution dan Simatupang melakukan show of force didepan istana presiden dengan meriam Tank mengarah ke istana dan meminta agar DPR dibubarkan
Presden Sukarno berhasil menghimbau baik tentara dan masyarakat untuk bubar .. akibatnya baik Nasution dan Simatupang dipecat dari dinas militer di bulan Desember 1952
Pada tanggal 27 October 1955, Nasution di rehab ke posisi lamanya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat
Jendral Ahmad Yani
Karir
Pasukannya berhasil menduduki Padang and Bukittinggi, dan untuk itu maka dipromosikan sebagai wakil 2 Kepala Staff Angkatan Darat pada tanggal 1 September 1962
Jendral Suharto
karir
Besar kemungkinan persinggungannya dengan ideologi nationalis dan militer sangat mempengaruhi jalan pikirannya … oleh pihak Jepang maka ex-NCOs, termasuk Suharto dijadikan perwira termasuk latihan dengan pedang Samurai
Menurut penulis buku The Smiling General (1969) OG. Roeder, Suharto was “well known for his tough, but not brutal, methods”.
Mari kita semua mengheningkan cipta bagi mereka yang telah berjasa bagi nusa dan bangsa